[Jepang] Sengketa Arbitrase Toshiba Dalam Penjualan Flash Memory
Toshiba masih menyisakan ruang untuk penyelesaian penjualan unit flash memory, sebagaimana diatur dalam perjanjian terbaru dengan Bain Capital sebagai pemimpin konsorsium.Kelompok usaha konglomerasi jepang ini membuka detailnya sebagai bagian dari Toshiba Memory Deal dengan tim Jepang-Amerika-Korea Selatan kepada pemegang sahamnya dalam suatu pemberitahuan terkait rapat luar biasa pada Oktober ini.
Persyaratan pertamanya di dalam perjanjian adalah harus lolos pemeriksaan di 10 negara dan kawasan termasuk Jepang, Tiongkok dan Amerika Serikat. Yang menjadi tujuan pokok di dalamnya adalah Tiongkok dimana review dapat dilakukan dalam jangka waktu enam bulan atau lebih.
Asia.nikei.com memberitakan, bahwa Toshiba sedang berhitung dalam proses pemeriksaan karena berpengaruh terhadap penjualan untuk mengembalikan keuntungan bersihnya menjadi positif dalam tahun fiskal yang berakhir pada Maret, jadi Toshiba dapat mengindari delisting dari Tokyo Stock Exchange.
Partisipasi SK Hynix’s dalam konsorsium dapat memberikan bukti adanya bentuk penghalangan. Pembuat chip memory asal Korea Selatan dan Toshiba berada pada peringkat lima dan dua yang dikenal secara global dalam pangsa pasar flash memory dengan komposisi saham 26 persen. Kesepakatan ini membuktikan adanya kesungguhan dalam kerjasama dengan tidak memperbolehkan SK Hynix’s memperoleh hak voting pada komposisi 15 persen selama satu dekade setelah penjualan.
Penyelesaian kesepakatan ini juga diperlukan bahwa pengalihan saham Toshiba Memory tidak dihalangi oleh perintah pengadilan. Hal ini mengacu pada gugatan hukum yang sedang berjalan dengan Western Digital.
Toshiba dan Western Digital membagi kepemilikan dari peralatan produksi di fasilitas pabrik chip Toshiba di Yokkaichi, Jepang dengan bentuk joint ventures. Pihak manufaktur perangkat keras Amerika menambahkan bahwa setiap pemindahan kepemilikan Toshiba di bentuk bisnis ini tanpa persetujuan para pihak akan dianggap melanggar perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak. Argumen dari pihak Western Digital digunakan secara efektif untuk mengklaim hak veto dalam Toshiba Memory Sale.
Western Digital mendaftarkan permohonan arbitrase di International Chamber of Commerce’s Arbitration court pada Mei untuk menghalangi penjualan. Perusahaan berencana untuk mengajukan penetapan sementara secepatnya pada Oktober ini, dimana akan membekukan pihak Toshiba untuk menjual unit memori hingga proses pemeriksaan arbitrase mencapai keputusannnya.
Baik Toshiba dan Bain tetap bertahan bahwa kemenangan mutlak dari pihak Western Digital adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa hak perusahaan Amerika Serikat dapat ditambahkan hanya kepada partisipasi saham Toshiba dan bukan kepada unit memorinya.
Meskipun arbitrator secara penuh mengakui pendapat Western Digital perusahaan hanya dapat memperoleh hak untuk membeli bagian saham join ventures dan peralatan produksi di Yokkaichi, sebagaimana diungkapkan oleh seorang sumber dari Bain.
Sejak Toshiba Memory memiliki gedung dan mengoperasikan fasilitasnya sendiri, Western Digital tidak dapat menjalankannya secara sendiri, dan untuk dapat melakukannya harus memerlukan kompromi. Namun pengacara Toshiba, Isomi Suzuki tidak yakin bahwa arbitrase akan memberikan penetapan pada tahal awal pemeriksaan, dimana akan merugikan pihak Toshiba.
Namun demikian kemungkinannya tidak mesti selalu diatur, hal ini dapat bergantung bagaimana perjanjian joint ventures dipahami, kata Haruo Okada, seorang ahli penyelesaian sengketa bisnis internasional.
“Proses arbitrase tidak memperbolehkan adanya proses banding. Toshiba tidak dapat menggugat penetapan sementara”, kata Naoshi Takasugio, profesor hukum dari Doshisha University. Jika proses arbitrase akhirnya mengabulkan permintaan Western Digital, Toshiba dapat menegosiasikan perselisihan dengan perusahaan Amerika dalam hal pencapaian penjualan target bulan Maret.
Perjanjian pernjualan menjelaskan bahwa jika konsorsium mengalami kerugian yang diakibatkan oleh gugatan hukum, Toshiba diharuskan membayar senilai 50 miliar yen atau setara dengan 443 juta dollar Amerika Serikat sebagai kompensasi.
Kemudian yang menjadi pokok permasalahan penting adalah memperoleh persetujuan dari Japan’s Foreign and Foreign Trade Act, dimana pemerintah Jepang akan memberikan keputusannya terkati investasi tertentu dari pihak asing. Namun hal ini tampaknya cukup sulit dilakukan.
Hiroshige Seko, Menteri ekonomi, perdagangan dan industri Jepang akan menyambut baik kesepakatan tersebut setelah diumumkan, seraya mengatakan bahwa hal ini akan memenuhi permintaan bahwa setiap penjualan akan melindungi pekerja lokal dan menjaga teknologi Toshiba tetap di negara Jepang. Pihak Konsorsium setuju untuk membayar semua karyawan Toshiba Memory sesuai ketentuan terkini untuk setiap tahun setelah penjualan.