Rencana Pembentukan Pengadilan Khusus Kejahatan Siber di Filipina
Departemen Kehakiman Filipina sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pengadilan khusus dalam menangani kejahatan siber. Pada laporan kejahatan siber 2014-2015, pihak Departemen Kehakiman sudah mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung tentang pembentukan pengadilan khusus kejahatan siber yang akan menangani perkara dalam ruang lingkup siber.
Dalam laporannya pada Maret lalu sebagaimana dirilis oleh gulfnews.com bahwa pembentukan pengadilan khusus itu sesuai dengan ketentuan aturan hukum yaitu pasal 21 Undang Undang Republik, No. 10175. Didalamnya menyatakan bahwa perlu dibentuk pengadilan khusus untuk penanganan kejahatan siber yang ditangani oleh hakim khusus yang sudah terlatih untuk menangani kejahatan siber.
Saat ini, hanya sedikit pengadilan yang mempunyai kapabilitas untuk menangani kejahatan siber di Filipina dan juga sebagai respon atas tindak kejahatan yang dilakukan oleh warga negara Filipina di internet, kejahatan itu termasuk pengintaian siber, pencurian hak kekayaan intelektual, sex siber dan lainnya. Berdasarkan bermacam jenis kejahatan yang dilakukan dalam jagat siber, pengintaian dan pencurian hak kekayaan intelektual adalah yang paling berbahaya.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa serangan pengintaian siber atau pencurian hak kekayaan intelektual sebagai ancaman penting dan secara meningkat telah menyerang sektor manufaktur dan juga unit usaha kecil yang kemudian mengalami penurunan 42 % selama 2012 dibandingkan 2011. Juga tercatat 31 % sebagai target serangan adalah usaha kecil. Disebutkan juga bahwa konsumen mudah diserang dalam ancaman mobile khususnya perangkat yang berbasis Android. Unit usaha kecil berdasarkan skala dan terbatasnya keuangan sulit untuk mengalokasikan dana untuk tindakan penangkalan dan keamanan siber seperti software firewall, anti virus atau anti worm.
Namun pihak Kementrian juga mengklaim bahwa Filipina sudah membuat pencapaian bagus terkait keamanan siber dalam hal pengurangan terhadap pembobolan data. Menurut Symantec Internet Security Threat Report, Filipina sudah berada pada peringkat ke 35 pada 2012 dari sebelumnya peringkat 39 secara global terkati ancaman terhadap aktivitas internet.
Kemudian tren pertumbuhan yang harus diwaspadai oleh organisasi organisasi di Filipina baik pemerintah ataupun swasta pada hari hari ini adalah ancaman terstruktur termasuk serangan tertarget tingkat tinggi, ancaman mobile, serangan malware dan pembobolan data.
Serangan tertarget mengalami peningkatan dengan jumlah serangan tiap harinya yang semula hanya 7 serangan per hari meningkat menjadi 82 serangan per hari pada akhir 2011. Serangan tertarget ini biasanya menggunakan social engineering dan malware yang sudah dikustomisasi untuk memperoleh akses ilegal yang dipergunakan mengakses informasi penting. Kasus pembobolan data adalah yang paling sering terjadi dan juga seperti termasuk kehilangan perangkat komputer atau media dimana data disimpan atau ditransmisikan seperti smartphone, USB atau peralatan data backup lainnya.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa berdasarkan data dari Kepolisian Nasional Filipina khususnya bidang anti kejahatan siber, mulai periode Januari ke Desember 2014, tercatat 614 kejahatan siber jika dibandingkan dengan 2013 yang hanya 288 kejahatan.