[Afrika Selatan] Jejak Langkah Firma Hukum Internasional di Benua Afrika
Afrika adalah benua yang tengah bertumbuh, dengan 54 negara dan 1,1 miliar penduduknya, Afrika menarik minat dari para investor lokal dan internasional. Untuk mendukung investasi dan bisnis, dibangunlah financial hub di beberapa negara di Afrika. Sekarang ini para investor menoleh ke industri teknologi telekomunikasi dan agribisnis. Sehingga membuat jasa layanan hukum, sekarang ini tidak hanya terkonsentrasi pada bidang sumber daya alam seperti minyak dan gas.
Jejak Langkah di Afrika Utara
Adalah Maroko dan Algeria, kedua negara ini tengah bersaing dalam pertumbuhannya dan masing masing mempunyai keunggulan untuk menarik minat para investor.
Maroko telah menunjukkan kepiawaiannya sebagai pusat jasa kuangan dengan menyediakan regulasi yang mendukung investor internasional untuk berbisnis. Tidak heran jika banyak firma hukum yang memandang Maroko adalah tempat yang bagus untuk menjalin kemitraan dan mendirikan firma hukum.
Dikutip dari leadersleague.com, berdasarkan studi yang dilakukan pada 2015, 75 % firma hukum mencari peluang untuk membuka kantornya di Afrika Utara dengan Maroko sebagai markasnya. Beberapa firma hukum ternama yaitu Baker & McKenzie, DLA Piper, Dentons dan Clifford Chance sudah memilih Kasablanka sebagai kantor pusat mereka di Afrika Utara.
Maroko juga telah mendukung pola kerjasama yang kuat dengan firma hukum internasional dengan kapasitasnya yang mengadopsi legislasi untuk mendukung pekerjaan pengacara. Sebagai contoh, diberlakukannya insentif pajak dan dipermudahnya prosedur perizinan kerja di bawah rezim Mohammed VI. Kemudian, Kasablanka juga telah memperoleh pengakuan sebagai financial hub untuk bank lokal seperti Attijariwafa Bank dan the Banque Central Populaire bersama dengan bank internasional seperti BNP Paribas dan AIG.
Said Ibrahimi, CEO dari Casablanca Finance City Authority mengatakan tentang rencananya, yaitu menawarkan kepada investor internasional dan para pengusaha global, tentang situasi dan kondisi yang stabil serta kuat dalam penguatan ekonomi Afrika dan platform investasi dengan standar yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan para investor di wilayah Afrika Utara dan Barat. Beberapa perusahaan kelas dunia seperti Renault telah mengumumkan rencana mereka merelokasi bisinisnya ke Tangier dan Kasablanka pada 2020. Hal ini disambut baik oleh firma hukum yang tentu saja akan semakin membesarkan jasa layanan hukum mereka pula.
Berbeda dengan Maroko, Algeria lebih berhati hati dalam melangkah meskipun beberapa firma hukum sudah membuka kantornya di Algeria. Sebut saja CMS dan Gide pada awal 2000 dan disusul DS Avocats pada awal 2016. Firma hukum yang membuka kantornya di Algeria biasanya mempertimbangkan untuk membangun kerjasama kemitraan yang baik.
DLA Piper sudah melakukannya dengan bekerjasama dengan Bouchemla Lanouar & Associates. Tujuan kerjasama ini untuk mendukung klien internasional mereka ketika berinvestasi di Algeria dimana kemungkinan mereka tidak selalu dapat memberikan layanan hukum karena keterbatasan sumber daya yang menguasai hukum setempat.
Tantangan lain di Algeria adalah masih belum sepenuhnya terbuka dan masih banyak legislasi yang tidak mendukung untuk berlakunya ekonomi terbuka. Di Algeria, investor dilarang untuk memiliki lebih dari 49 % saham badan hukum milik negara. Namun kemudian pemerintahnya berusaha untuk lebih memikat investor dengan menghilangkan penghalang dan membuka pasarnya.
Pada Juni 2016, regulasi baru telah dibuat dan menggantikan regulasi yang dapat menghambat laju perekonomian dan investasi. Algeria sendiri sudah mempunyai infrastruktur yang kuat untuk industri minyak dan gas serta barang kebutuhan rumah tangga. Negara negara yang telah berinvestasi di Algeria antara lain, Perancis, Spanyol, Italia dan Tiongkok.
Tak pelak, hal itu membuat banyak sekali pekerjaan yang dapat dilakukan oleh pengacara khususnya menyangkut sengketa arbitrase seperti yang dialami oleh perusahaan sekelas Saipem dan Sonatrach. Semakin banyak bidang kerja, diharapkan dapat semakin menunjang rencana pemerintahnya untuk mendiversifikasi perekonomiannya.
Tunisia, Libya dan Mesir Tidak Lagi Sekelas
Jasa layanan hukum di Tunisia, Libya dan Mesir tidak lagi dalam kelas yang sama sekarang ini. Mengingat geliat revolusi yang akhir akhir ini dilakukan, membuat firma hukum mesti berpikir dua kali untuk mendirikan kantornya di wilayah negara negara tersebut. Meskipun Jasmine Revolution di Tunisia masih membekas dalam ingatan, namun masih saja ada firma hukum yang berani mendirikan kantornya di Tunisia.
Gide adalah firma hukum yang berani mendirikan kantor mereka di Tunisia pada 2011. Di Tunisia sendiri sudah dikenal nama nama firma hukum lokal yang dapat membantu para investor untuk berinvestasi, mereka adalah Ferchiou & Associates dan Jurismed.
Sementara di Mesir firma hukum lokal lebih mendominasi di pasar Mesir, seperti Zulfikar & Partners yang juga melayani praktik korporasi internasional dan arbitrase. Sedangkan kemitraan antara firma hukum lokal dan internasional terjalin dengan berdirinya DLA Matouk Bassiouny
Jejak Langkah di Sub Sahara
Persaingan di Afrika Barat dan Tengah
Afrika Tengah dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya dan saat ini sedang mengembangkan sektor telekomunikasi dan keuangan. Dengan banyaknya investasi langsung yang masuk, banyak firma hukum dari Eropa, Amerika Utara bahkan Asia tengah menjajaki kemungkinan kemitraan dengan para profesional lokal.
Firma hukum dari Portugal, Miranda & Associates telah membuat jaringan kerja dengan pengacara lokal di sepuluh negara di wilayah ini, seperti Angola dan Mozambik. Selain menjalin kerjasama dengan firma hukum internasional, para profesional lokal juga berusaha menancapkan tajinya di wilayah mereka. Di Nigeria, sudah kondang nama AELEX yang berkantor pusat juga di Nigeria. Mereka juga telah merambah Ghana untuk melayani jasa layanan hukum.
Jaringan besar profesional hukum juga telah dibentuk antara African Legal Alliance dan LEX Africa. LEX Africa berdiri pada 1993 dan terdiri atas firma hukum papan atas dari 20 negara, dengan misi yang diemban adalah untuk memenuhi jasa layanan hukum di benua Afrika dan memberikan nilai yang bermanfaat untuk para investor di Afrika.
Afrika Barat juga menjadi tempat menarik bagi firma hukum internasional untuk mendirikan kantornya. Orrick adalah nama yang telah dikenal di Pantai Gading sejak 2014 untuk memenuhi jasa layanan hukum di Afrika bagi investor internasional untuk berinvestasi di Pantai Gading.
Abidjan juga menjadi tempat yang menarik untuk mendiirkan kantor pusat bagi institusi bisnis termasuk African Development Bank. Kamerun diprediksi akan menjadi target perburuan selanjutnya bagi firma hukum internasional, karena disitulah berdiri African Intellectual Property Organization yang berbasis di Yaoundé.
Beberapa wilayah yang pernah menjadi jajahan Perancis dan juga memakai bahasa Perancis sebagai komunikasi membuat banyak firma hukum asal Perancis memasuki pasar di Afrika. Firma hukum seperti Lefèvre, dan Pelletier & Associés telah beroperasi di Kamerun pada 2016. Di wilayah Afrika Barat terdapat nama Franck Soutoul and Jérémy Giacopazzi of Inlex Africa. Berdasarkan keterangan firma firma hukum tersebut, sekitar 90 % pengacara di Afrika adalah generalis, artinya mereka melakukan pekerjaan bidang hukum secara umum dan hanya sedikit sekali yang menguasai bidang hukum khusus dan berpraktik sebagai spesialis.
Trend terkini menunjukkan bahwa pasar di Afrika Tengah mulai melakukan perubahan dengan merekrut pengacara asal Afrika yang menyelesaikan pendidikan hukumnya di luar negeri dan kemudian kembali ke negara asalnya dengan membawa ilmu dan pengalaman. Afrika Barat telah mendirikan banyak institusi seperti West African Economic and Monetary Union dan Organization for the Harmonization of Business Law (Ohada).
Perdagangan telah memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan ekonomi, maka dari itu dibutuhkan legal framework diantara negara negara yang terlibat di dalamnya. Pihak investor juga merasa nyaman jika mereka dapat beroperasi dengan memperoleh pelayanan yang baik. Dalam penyelesaian sengketa, umumnya mereka lebih cenderung untuk memilih jalur arbitrase karena dirasakan lebih cepat dan efisien dalam menyelesaikan perkara yang timbul.
Matangnya Ekosistem di Afrika Selatan
Afrika Selatan dipandang sebagai wilayah yang paling matang diantara semua wilayah di Benua Afrika. Memiliki nilai GDP 350.6 miliar dolar membuatnya menarik minat firma hukum internasional untuk mendirikan kantornya di Afrika Selatan. Nama nama berikut ini adalah firma hukum papan atas di persaingan global, yaitu DLA Piper, Hogan Lovells, Allen & Overy dan Baker & McKenzie.
CEO Herbert Smith, Mark Rigotti memberikan pernyataannya saat membuka kantor Herber Smith di Johannesburg. Menurutnya Afrika adalah bagian dari strategi global Herbert Smith. Dengan klien yang datang dari bermacam jaringan internasional akan memberikan kesempatan yang baik, maka pembukaan kantor di Johannesburg adalah langkah penting untuk merangkul pasar Pan-Afrika.
Menyusul firma hukum papan atas yang lebih dikenal dengan “the big five” firma hukum seperti Bowman Gilfilan, Cliffe Dekker Hofmeyr, ENSafrica, Norton Rose Fulbright dan Webber Wentzel juga tidak mau kalah bersaing. Mereka juga berupaya untuk merangkul pasar Pan-Afrika. Bowman Gilfilan sudah menunjukkan tajinya dengan membuka kantor di Kenya, Tanzania dan Uganda. Mereka juga menjalin kemitraan erat dengan firma hukum di Nigeria, Udoma & Belo-Osagie.
Hal yang membuat pasar jasa layanan hukum di Afrika menjadi semakin menarik adalah karena menjamurnya corporate legal departments di banyak perusahaan, dimana perusahaan perusahaan itu sekarang telah menjelma menjadi perusahaan raksasa. Contohnya, perusahaan distribusi makanan seperti Shoprite dan Massmart mempunyai tim corporate legal yang handal. Di Shoprite terdapat 6 orang dan di Massmart 15 orang menangani urusan hukum di corporate legal department. Sedangkan di Nigeria, perusahaan energy Oando mempunyai 15 legal counsel yang mendukung bisnis mereka.