[Inggris] Sekelumit Praktik In House Legal Counsel
Apa yang menarik saat menekuni pekerjaan sebagai in house legal counsel ? Karena pada dasarnya bekerja sebagai in house legal counsel adalah melakukan pekerjaan berdasarkan jenis dan skala bisnis perusahaan serta juga berkaitan dengan jumlah personil in house legal team. Sebagaimana diulas oleh theguardian pada (13/1/2013) tentang in house legal di Inggris dengan bermacam industry bahkan juga in house legal untuk tim sepakbola di English Premier League (EPL).
Nick Carter adalah legal counsel pada klub sepakbola yang sudah masyhur di jagat bumi, Manchester City, dimana dalam tim legalnya juga terdapat 1 atau 2 secondment. “Urusan hukum yang kami kerjakan mencakup setiap area bidang bisnis, dan terkait dengan klub sepakbola seperti kontrak pemain, perjanjian transfer pemain, sponsorship dan penggunaan stadion. Untuk bidang bisnis biasanya berkaitan dengan urusan bisnis seperti supplier agreement, work employment dan lainnya.
Sama halnya dengan Kat Gibson yang bekerja di Coca Cola, dia bekerja dengan suatu tim yang terdiri atas commercial lawyer, employment lawyer, paralegal dan vice president legal. “Saya melakukan pekerjaan berkaitan urusan ketenagakerjaan dan komersial, memberikan saran tentang HR, menangani project dan litigasi hingga menangani perjanjian perdagangan dan marketing” kata Gibson.
Sementara itu menurut Grace Rothery di GazProm, mengatakan “there’s no average day”. Berkaitan dengan pekerjaan untuk urusan hukum yang biasanya dilakukan yaitu, menangani kontrak komersial dan urusan ketenagakerjaan hingga ke merger dan akuisisi, dia juga membantu dalam melatih staff dengan membuat buku pedoman bagaimana membuat kontrak, menangani kepailitan dan persaingan usaha.
Banyak praktisi in house counsel yang sebelumnya adalah pengacara yang mendapat tugas secondment dengan klien korporat hingga akhirnya menjadi in house counsel korporasi.
Seperti Kat Gibson yang bekerja untuk Coca Cola, waktu itu dia bekerja di suatu firma hukum di Southampton yang kemudian akhirnya pindah ke North American company telecoms Nortel Networks. Dia memberikan nasihat kepada yang ingin menekuni in house counsel untuk bekerja di firma hukum terlebih dahulu setidaknya selama 2 tahun untuk memperoleh pengetahuan praktik dasar dalam bidang hukum komersial dan strategi bisnis. “Mengetahui apa yang diinginkan oleh klien, dengarkan apa yang mereka katakana dan belajarlah bagaimana setiap perusahaan menjalankan bisnisnya” katanya.
Sedangkan menurut Grace Rothery dahulunya bekerja di Addleshaw Goddard di Manchester, kemudian pindah kerja ke suatu perusahaan pharmaceuticals hingga kemudian bekerja pada suatu perusahaan bidang energy GazProm. Menurutnya untuk menjadi praktisi in house counsel yang mumpuni cukup sulit, lantas dia menyarankan agar junior lawyer untuk mempelajari hal yang berkaitan dengan aspek komersial dengan baik sewaktu di firma hukum.
Keahlian yang dibutuhkan oleh praktisi in house counsel berbeda beda sesuai dengan klasifikasi industri, yang menurut Gibson diperlukan “extra skills”. “Praktisi in house counsel harus mengetahui tentang seluk beluk bisnis, mengerti dan memahami cara kerjanya, kultur dan prosesnya, kuncinya adalah mengetahui gambaran besarnya, karena hal itu diperlukan untuk memberikan saran mengenai hukum dan strategi” kata Gibson. Hal yang penting adalah dapat berbicara sesuai dengan “bahasa mereka” secara ringkas. Menurut Gibson, perusahaan tidak peduli apakah in house counsel mengetahui semua tentang hukum ketenagakerjaan, karena hal yang diperlukan oleh perusahaan adalah mengenai risiko dan biaya yang timbul terkait urusan tenaga kerja.
Sementara Rothery berpendapat bahwa keahlian yang diperlukan tidak terlalu berbeda saat berpraktik di firma hukum, hanya diperlukan fokus perhatian sesuai jenis industrinya kemudian juga perhatikan tentang komunikasi dan kerjasama tim serta mengorganisasi pekerjaan dengan baik dan mengetahui prioritas kerja.
Mengenai penghasilan yang diberikan terkait in house counsel, Gibson mengatakan praktik in house counsel memang tidak semenarik pengacara, karena saat masih junior di in house counsel penghasilan yang diperoleh memang menarik, namun semakin lama akan semakin menurun. Hal ini karena perusahaan sudah menerapkan skala gaji, maka dari itu gaji yang diperoleh tidak berkaitan dengan seberapa keras kerja in house counsel, namun sebagai petunjuknya adalah skala gaji.
Menurut Gibson bekerja sebagai in house counsel adalah bekerja nine to five, kerja keras adalah karena tidak ada target dan jam kerja, namun lebih kepada hasil kerja. Sedangkan Rothery mempunyai jam kerja yang berbeda yaitu eight to six, namun hal itu masih dapat dilakukannya dengan baik.
Bekerja dalam pola in house legal berbeda dengan praktik pengacara, dimana menurut Gibson kecil peluangnya untuk mendapat promosi. Namun hal itu dapat dilampaui dengan mengembangkan karir di tempat yang berbeda dan area keahlian yang berbeda pula.
Namun menurut Rothery, in house legal memberikan peluang kepadanya untuk menjadi legal head, dimana untuknya hal itu lebih berprospek cerah daripada menjadi partner di firma hukum.