[Amerika Serikat] Perubahan Peraturan Pemakaian Tato di US Army
Sebagai produk budaya, tato sudah dikenal sejak lama, suku tertentu di Indonesia seperti suku dayak beberapa diantaranya memakai tato. Masyarakat sipil pada umumnya yang juga gemar memakai tato adalah pesohor sepakbola, musisi hingga bintang film. Namun hal ini tentu saja berbeda dengan lingkungan militer yang menerapkan disiplin dan kerapian sehingga urusan tato memerlukan pengaturan khusus.
Seperti di Amerika Serikat, para prajurit yang berdinas di US Army sesuai dengan aturan terbaru pemakaian tato di lingkungan tentara Amerika Serikat, akan diperbolehkan untuk mentato bagian tubuhnya yaitu di bagian lengan dan paha selama tato itu tertutup oleh seragam US Army. Menurut Kepala Staf Jenderal Ray Odierno yang mengumumkan perubahan kebijakan itu pada ruang konferensi US Army di Huntsville Alabama, dimana dia mengatakan kebijakan itu berdasarkan masukan dari para prajurit.
“Kehidupan di masyarakat mengalami pergeseran dalam memandang tato, dan kami juga berubah dalam memandang hal itu, maka suatu hal yang wajar dimana prajurit tumbuh pada era dimana tato sudah memasyarakat”, kata Odierno. Kebijakan ini diumumkan pada 1 April 2015 lalu dimana bagi sebagian prajurit dianggap sebagai lelucon April mop, namun hal ini dibantah oleh Sersan Mayor Dan Dailey saat diwawancara oleh Army Times. Dia mengatakan bahwa ini adalah benar adanya karena dia juga mempunyai salinan dari aturan itu yang bernomor AR 670-1. Maka sesuai aturan terbaru, tidak ada pembatasan tentang ukuran dan jumlah tato yang dapat dipunyai oleh prajurit baik di lengan atau paha, menurut Dailey. Namun prajurit masih dilarang untuk mentato pada bagian leher, kepala, wajah, pergelangan tangan dan tangan. Selain itu pelarangan juga mencakup tato yang mengandung unsur rasialis, ekstrimis dan penistaan.
Sebagaimana lansiran dari armytimes.com, kebijakan terbaru tersebut tidak akan berlaku sampai diterbitkannya revisi Army Regulation 670-1. Pejabat US Army mengatakan mereka mengharapkan aturan itu akan berlaku secara resmi “dalam waktu dekat”. Menurut Dailey yang memperoleh informasi langsung dari para prajurit, mereka mengatakan merasa frustasi dengan kebijakan tentang tato. Kebijakan yang tidak populer itu adalah membatasi maksimal empat tato di bawah siku dan lutut.
Dailey terkejut dengan pendapat obyektif yang diungkapkan oleh para prajurit, sewaktu dia berada dalam sesi tanya jawab di Joint Base Lewis-McChord, Washington, seorang prajurit berdiri dan berpendapat bahwa tato seharusnya diperbolehkan, selama tato itu tertutup oleh seragam militer. Setelah itu Dailey bertanya kepada para prajurit yang berjumlah sekitar 100 orang dan hampir semuanya mengangkat tangan. Menurutnya para prajurit bertindak berlebihan dalam menanggapi kebijakan itu dan dia berharap hal itu tidak menjadi faktor yang menyebabkan prajurit keluar dari dinas militer.
Menurut Dailey kebijakan tentang tato masih diterapkan di US Army untuk tetap menjaga kedisiplinan. Dailey yang sangat menjunjung kedisiplinan dan sudah memimpin banyak regu dalam pertempuran mengatakan bahwa kedisiplinan diperlukan. Dia merasa tidak ingin mengecewakan harapan masyarakat Amerika Serikat karena menurunnya disiplin para prajurit. Aturan ketat tentang tato selain diterapkan kepada prajurit juga diterapkan sewaktu proses perekrutan. Menurut Dailey kebijakan tentang tato sudah benar, meskipun menurutnya banyak warga di Amerika Serikat mempunyai tato, dan banyak yang terkena diskualifikasi karena aturan tersebut sewaktu perekrutan prajurit.
Dailey berpendapat dia hanya harus memimpin seperti biasa yang dia lakukan. “Anda harus memimpin di barisan depan, anda harus mempunyai passion untuk memimpin dan tentu saja perhatian”. “Pemimpin harus dapat memberi petunjuk, menjaga emosinya, dan juga perlu untuk mendengarkan prajurit”, kata Dailey. “Apakah kita harus mendengarkan semua yang dikatakan prajurit ? tidak harus. Namun anda tetap harus mendengarkan para prajurit, hadir dan berada di sana bersama mereka”, paparnya.