[Amerika Serikat] KUHP : Karya (Seni) Urusan Hingga Pengadilan
Tidak sedikit nilai gugatan tentang karya seni juga jutaan dolar dikeluarkan untuk karya seni yang kemudian menjadi sengketa hingga ke pengadilan dengan bermacam bentuknya. Berikut ini tercatat beberapa karya seni yang dikutip dari artsy.net, dimana menjadi sengketa hukum pada 2018
Sotheby’s v The Greek Horse
Pada 11 Mei 2018, Sotheby’s melakukan lelang atas sculpture kuda perunggu kecil dari abad ke 8 sebelum Masehi. Namun benda ini memperoleh pengakuan keberasalan dari the Greek Ministry of Culture and Sports. Dinyatakan bahwa sculpture telah secara ilegal di ekspor keluar dari Yunani, dan meminta Sotheby’s untuk menghapusnya dari daftar lelang pada 14 Mei 2018. Namun pihak Sotheby’s menyangkalnya dengan dasar tanpa hukum dan fakta
Beberapa bulan kemudian, ketika otoritas Yunani masih mengumpulkan informasi tentang keberasalan karya seni itu, pihak Sotheby’s dan pengirim barang, Howard dan Sarretta Barnet, menggugat otoritas Yunani. Itu adalah upaya hukum yang dilakukan yang umumnya dikenal dengan declaratory judgement, melawan upaya hukum pihak Yunani, karena faktor kerugian yang timbul sebab klaim yang tidak berdasar. Pada November, pihak pengacara Yunani mendaftarkan upaya untuk membatalkan gugatan, dengan menyatakan bahwa US District Court dimana Sotheby’s mendaftarkan gugatan tidak mempunyai yurisdiksi untuk menyidangkan sengketa hukum karena melibatkan pihak asing, sesuai dengan ketentuan the Foreign Sovereign Immunities Act
Monkey Selfie
Salah satu selfie yang paling dikenal tapi tidak diambil oleh Kardashian, adalah selfie yang dibuat di kawasan Sulawesi. Ini adalah foto selfie ketika monyet berusia 6 tahun bernama Naruto diambil oleh David Slater, seorang fotografer asal Inggris. Salah satunya dimana Naruto berada dalam frame diagonal memperlihatkan giginya menjadi viral dan dikenal dengan “monkey selfie” ketika Slater merilisnya pada 2011 di Wildlife Personalities (2014)
Kemudian pada 2015, People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menggugat Slater atas nama Naruto, dengan klaim bahwa hak cipta atas foto itu berada pada monyet itu dan meminta perolehan setiap pemasukan dari foto itu atas nama si monyet untuk kemanfaatan komunitasnya di Sulawesi. Pada April, the Ninth Circuit Court of Appeals menguatkan putusan lower courts terhadap Slater
Akan tetapi kemudian, pada 2017, terjadi kesepakatan antara Slater dengan PETA, dimana Slater akan mendonasikan sebagian pendapatan dari penjualan foto Naruto kepada organisasi yang melindungi komunitas monyet di Sulawesi
Hal yang penting di sini adalah, putusan di the Appeals court menyatakan bahwa hewan tidak dapat mendaftarkan gugatan pelanggaran hak cipta. Meskipun demikian, majelis hakim di the Ninth Circuit Court of Appeals tidak secara definitif menyebutkan bahwa bisakah seseorang memiliki hak cipta atas karya foto yang diambil oleh binatang atau bisa juga dipersamakan dengan bentuk lain seperti robot
Ponzi meets the Producers
Gugatan yang diajukan oleh Steven Tananbaum seorang hedge fund manager, collector and museum of modern art trustee melawan Jeff Koons Studio dan Gagosian Gallery pada April 2018. Menurut Tananbaum, pihak Koons dan Lary Gagosian telah berkolusi dan kemudian menjadi suatu bentuk yang disebut “Ponzi meets the Producers” untuk mengeruk keuntungan dengan memeras kolektor dengan janji akan mengirimkan sculptures di kemudian hari. Akan tapi menurut Tananbaum pengiriman itu selalu mundur dan ini menjadi tidak masuk akal
Karya seni yang dipesan Tananbaum tidak kunjung dikirim, tetapi pembayaran sudah dilakukan dan malah menjadi sistem pinjaman tanpa bunga. Tananbaum memang sebelumnya memberikan uang untuk membiayai produksi karya seni untuk bentuk pre selling
Sewaktu gugatan didaftarkan, uang yang telah diberikan kepada Koons dan Gagosian mencapai USD 13 juta untuk selama masa lima tahun dan atas tiga pesanan stainless-steel sculptures, dan kesemuanya tidak ada yang diselesaikan. Pada Oktober 2018 Gagosian mengajukan motion dengan meminta supaya perkara dihentikan, klaim yang diajukan karena Tananbaum adalah sosok “sophisticated art collector”, dan mestinya dia mengetahui bahwa soal itu bisa saja terjadi. Kemudian pada November, Tananbaum dan Gagosian mengajukan competing memos, dimana keduanya menyatakan bahwa perkara ini tidak bisa berakhir secara damai